A. Definisi Organisasi Nirlaba
Adalah suatu organisasi mandiri yang menekankan pada kerja
pelayanan sosial dengan tidak bermaksud untuk menarik keuntungan yang bernilai
bisnis dari usaha yang dilakukan.Organisasi nirlaba merupakan organisasi yang
dikelola swasta dan bersifat mandiri dalam segi pembiayaan dan pengelolaannya.
Kerja pelayaan sosialnya bersifat sukerela karena anggota dari organisasi ini
tidak bersifat mengikat (sukarelawan). Organisasi Nirlaba menekankan pada
pemberian pelayanan pada kepentingan publik.
B. Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba
Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan
organisasi lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa
sesungguhnya ’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur.
Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha
organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai
sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber
pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran
tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan
Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada
organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris
bukanlah ’pemilik’ organisasi
Organisasi nirlaba, non-profit, membutuhkan pengelolaan yang
berbeda dengan organisasi profit dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi
nirlaba dan kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada
pertimbangan ekonomi semata, tetapi sejauhmana masyarakat yang dilayaninya
diberdayakan sesuai dengan konteks hidup dan potensi-potensi kemanusiaannya.
Sifat sosial dan kemanusiaan sejati merupakan ciri khas pelayanan
organisasi-organisasi nirlaba. Manusia menjadi pusat sekaligus agen perubahan
dan pembaruan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan
kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan, dan kedamaian, bebas dari konfilk
dan kekerasan. Kesalahan dan kurang pengetahuan dalam mengelola organisasi nirlaba,
justru akan menjebak masyarakat hidup dalam kemiskinan, ketidakberdayaan,
ketidaksetaraan gender, konflik dan kekerasan sosial. Pengelolaan organisasi
nirlaba, membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi dan organisasi sebagai
agen perubahan masyarakat, serta pemahaman yang komprehensif dengan memadukan
pengalaman-pengalaman konkrit dan teori manajemen yang handal, unggul dan
mumpuni, sebagai hasil dari proses pembelajaran bersama masyarakat.
Dalam konteks pembangunan organisasi nirlaba yang unggul,
berkelanjutan dan memberikan energi perubahan dan pembaruan bagi masyarakat,
Bernardine R. Wirjana, profesional dalam bidang pemberdayaan masyarakat, yang
selama dua dasawarsa menjadi pelaku manajemen organisasi nirlaba, mengabadikan
proses pembelajaran atas pengalaman-pengalaman laoangan dan teori-teori
manajemen terkini dalam bidang pemberdayaan masyarakat.
C. keadaan organissai nirlaba di indonesia
Menurut Wikipedia Indonesia, organisasi nirlaba atau organisasi
non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu
isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak
komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba
(moneter). Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik,
rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal
perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi
profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.
Karakter dan tujuan dari organisasi non profit menjadi jelas
terlihat ketika dibandingkan dengan organisasi profit. Organisasi non profit
berdiri untuk mewujudkan perubahan pada individu atau komunitas, sedangkan
organisasi profit sesuai dengan namanya jelas-jelas bertujuan untuk mencari
keuntungan. Organisasi nonprofit menjadikan sumber daya manusia sebagai asset
yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya
adalah dari, oleh dan untuk manusia.
Organisasi profit memiliki kepentingan yang besar terhadap
berkembangnya organisasi nirlaba. Dari onganisasi inilah sumber daya manusia
yang handal terlahir, memiliki daya saing yang tinggi, aspek kepemimpinan,
serta sigap menghadapi perubahan. Hampir diseluruh dunia ini, organisasi
nirlaba merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup suatu komunitas yang
lebih baik. Daya jelajah mereka menyentuh pelosok dunia yang bahkan tidak bisa
terlayani oleh organisasi pemerintah. Kita telah saksikan sendiri, bagaimana
efektifnya daya jelajah organisasi nirlaba ketika terjdi bencana tsunami di
Aceh, ratusan organisasi nirlaba dari seluruh dunia seakan berlomba membuat
prestasi tehadap proyek kemanusiaan bagi masyarakat Aceh. Organisasi profit
juga mendapatkan keuntungan langsung dengan majunya komunitas, mereka
mendapatkan market yang terus bertumbuh karena daya beli komunitas yang kian
hari kian berkembang atas pembinaan organisasi nirlaba.
Di Indonesia, sebagian besar organisasi non profit dalam keadaan
lesu darah. Mereka sesuai dengan namanya kebanyakan miskin dana. Perbedaan
mencolok terlihat dengan organisasi non profit yang memiliki induk di luar
negeri. Kondisi ini sudah pasti memberi pengaruh terhadap quantitas dan
qualitas dari gerak roda organisasi. Seharusnya organisasi non profit
tidak jauh beda dengan organisasi profit, harus memiliki mission statement yang
jelas, fokus dan aplikatif. Pernyataan misi organisasi sebaiknya sederhana dan
mudah dipahami oleh stake holder organisasi. Kelemahan dari organisasi nirlaba
Indonesia adalah tidak fokusnya misi. Sering misi dibuat dengan pilihan kata
yang mengambang dan dapat multitafsir. Kalau kita sortir berdasarkan kata, maka
kata yang paling banyak muncul barangkali kata sejahtera, adil, merata,
berkesinambungan. Misi ini selanjutnya diterjemahkan kedalam sasaran-sasaran
yang biasanya akan menjadi makin meluas dan tidak fokus. Kondisi ini juga
berimbas pada rancangan struktur organisasi nirlaba Indonesia. Struktur
organisasinya memasukkan semua bidang, rata-rata memiliki lebih dari 20 bidang.
Banyak yang masih mengadaptasi organisasi politik karena dijaman orde baru
hampir semua organisasi nonprofit yang berdiri menjadi underbow partai Golkar.
Masyarakat sekarang ini sudah dengan mudah mengakses informasi
dari seluruh penjuru dunia, mereka juga dengan mudah menjalin komunikasi serta
menjadi anggota organisasi nirlaba asing. Disamping itu, komunitas yang tumbuh
dan berkembang di dunia maya sendiri, telah menarik populasi yang sangat besar.
Makin hari, organisasi konvensional makin ditinggalkan, yang dapat berkompetisi
kedepan hanyalah organisasi yang mampu mengkombinasikan aktivitasnya dengan
teknologi informasi. Kepemimpinan di seluruh organisasi memegang peranan
yang vital, demikian pula dalam organisasi nirlaba. Kriteria pemimpin
organisasi nirlaba yang paling utama adalah memiliki kemauan. Dalam konteks
ini, pemimpin harus memiliki niat dan bukan dipaksa oleh orang lain. Dengan
memiliki kemauan, otomatis akan memiliki pandangan terhadap apa saja yang harus
dikerjakan dikemudian hari, serta mengetahui konsekwensi atas pengorbanan yang
harus dijalani sebagai pemimpin organisasi nirlaba. Kriteria kedua adalah
memiliki kapasitas untuk mendengar dan menyelesaikan permasalahan. Mendengar
merupakan kriteria yang penting bagi pemimpin dalam organisasi nirlaba karena
pemimpin akan selalu berinteraksi dengan banyak orang, mulai dari para relawan
sampai dengan orang-orang yang menjadi objek dari organisasi. Kriteria ketiga
adalah memiliki kemampuan mengkader. Dengan mengkader maka keberlangsungan
organisasi akan dapat terjamin. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang bukan
menghambat kemunculan kader-kader yang lebih muda, tetapi justru memberi
inspirasi dan motivasi bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Sesungguhnya
pemimpin yang berhasil mengkader adalah pemimpin yang berhasil membesarkan
namanya sendiri secara tidak langsung. Kriteria keempat adalah memiliki
kemampuan dalam hal pengumpulan dana. Hal ini sangat terkait dengan kemampuan
determinasi serta kecerdasan pemimpin dalam merajut relasi antara donatur, volunteer
dan masyarakat. Organisasi nirlaba telah banyak yang mengaplikasikan
kriteria-kriteria tersebut untuk memilih pemimpinnya. Tapi sayang karena belum
memiliki managemen pengumpulan dana yang baik, kriteria kemampuan finansial
dari calon pemimpin sering dikedepankan. Hitler dalam perang dunia pertama
menyatakan bahwa yang paling penting dalam perang adalah uang, yang kedua
adalah uang dan yang ketiga adalah uang. Memang uang penting bagi organisasi
non profit, tapi mengelola organisasi non profit tentunya berbeda dengan
mengelola armada perang. Dalam organisasi non profit, dibutuhkan manajemen
pengumpulan dana yang bersifat jangka panjang. Istilah fund rising di
organisasi nirlaba sebenarnya lebih tepat kalau disebut sebagai fund
development. Istilah ini signifikan karena bukan hanya dana yang menjadi
perhatian tetapi juga orang-orang yang terlibat sebagai donatur dan volunteer
juga menjadi perhatian utama untuk membangun dukungan yang bersifat jangka
panjang.
D. Pentingnya Public Relations dalam Organisasi nirlaba.
Karena sifat organisasi nirlaba yang
bersifat mandiri dan sukerela maka PR dalam hal ini harus menggalakkan kampanye
untuk meyakinkan dan membangkitkan kesadaran/tanggung jawab sosial masyarakat
tentang nilai aktivitasnya melalui kampanye yang terus menerus agar mereka
bersedia mendukung (khususnya dana), terlibat dan tetap percaya dalam program
yang dilakukan. Kampanye juga digalakkan dalam mengembangkan saluran komunikasi
dengan publik sehingga dapat menciptakan dan memelihara iklim yang
menguntungkan untuk pengumpulan dana. PR dalam organisasi nirlaba dituntut
untuk mampu membuat program PR seperti : tulisan (PR writing), buku mini,
brosur, naskah pidato (radio/televisi), film. Dengan menggunakan beragam media
komunikasi, misalnya publisitas pers, iklan, pidato umum, peragaan, pameran,
majalah, artikel majalah, kisah, berita. Hal ini ditujukan untuk memberi
informasi dan memotivasi konstituen utama organisasi (karyawan, sukarelawan)
untuk mengabdikan diri mereka dan berkarya secara produktif untuk mendukung
misi, tujuan dan sasaran organisasi. Sama dengan PR pada organisasi
lainnya (Frazier Moore) fungsi PR dalam organisasi nirlaba : menentukan sikap
publik terhadap organisasi (pencitraan), menilai-kesan publik thd organisasi,
mencari apakh publik mengetahui tujuan, pelayanan dan pelaksanaan organisasi,
menentukan kesalahpahaman yang terjadi, melaksanakan penelitian opini yang
sangat penting untuk menyusun kebijaksanaan, perencanaan dan penilaian
efektifitas program humas. Mengidentifikasi publik : anggota penyumbang/
donatur, pekerja sukarela, pemuka pendapat (Opinion Leader), atau publik umum.
E. Contoh Organisasi Nirlaba
a) Organisasi Kesejahteraan Sosial Masyarakat
b) Yayasan Sosial : Supersemar, Yatim Piatu dsb
c) Yayasan Dana , mis : YDSF, Pundi Amal SCTV, RCTI Peduli,
Dompet Dhu’afa,
d) Lembaga Advokasi : Kontras, YLKI, Perlindungan kekerasan
dalam RT
e) Balai Keselamatan : Tim SAR
f) Konservasi lingkungan / satwa : WALHI, Pro Fauna
g) Rumah Sakit dan Organisasi Kesehatan Masyarakat
h) Yayasan Kanker Indonesia
i) PMI
BAB II
KESIMPULAN
Di Indonesia, sebagian besar organisasi non profit dalam keadaan
lesu darah. Mereka sesuai dengan namanya kebanyakan miskin dana. Perbedaan
mencolok terlihat dengan organisasi non profit yang memiliki induk di luar
negeri. Kondisi ini sudah pasti memberi pengaruh terhadap quantitas dan
qualitas dari gerak roda organisasi. Seharusnya organisasi non profit
tidak jauh beda dengan organisasi profit, harus memiliki mission statement yang
jelas, fokus dan aplikatif. Pernyataan misi organisasi sebaiknya sederhana dan
mudah dipahami oleh stake holder organisasi. Kelemahan dari organisasi nirlaba
Indonesia adalah tidak fokusnya misi. Sering misi dibuat dengan pilihan kata yang
mengambang dan dapat multitafsir. Kalau kita sortir berdasarkan kata, maka kata
yang paling banyak muncul barangkali kata sejahtera, adil, merata,
berkesinambungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar